"Tiga bulan sebelum meninggal dunia, tingkah lakunya menjadi seperti Anak-anak kembali,"
"Gimana, Pak?"
"Tiga bulan sebelum meninggal dunia, tepatnya selama 40 Hari lamanya, Noormah tidak mau memakai baju sehabis keluar dari kamar mandi,"
“Maksudnya?”
“Selama 40 hari Noormah tidak bisa mandi sendiri,”
"Jadi selama 40 hari Bapak yang memandikan Ibu?"
"Iya. Sebenarnya Noormah bisa mandi sendiri, tapi tingkah lakunya Bapak lihat seperti kembali menjadi anak-anak, terkadang dia suka duduk di dalam Ember besar yang berisi air hangat itu sambil bermain air. Tapi yang bikin Bapak syokadalah ketika dengan cueknya dia keluar dari dalam kamar mandi, tanpa mengenakan handuk terlebih dahulu,”
"Bugil?"
"Iya, padahal selalu Bapak ingetkan, kalau mau keluar dari kamar mandi itu harus pakai handuk atau baju dulu, sebab malu dilihat sama anak-anak dan menantu yang ada di rumah ini,”
"Trus, apa jawaban bu Noormah?"
"Noormah cuma senyum-senyum sambil mempermainkan rambut di kepala Bapak yang lagi duduk di depannya, sedang memasangkan Celana Dalamnya, “Kenapa musti malu? Anak-anak kita itu dulu juga semuanya keluar dari dalam sini,” katanya lagi, sambil menunjuk kearah Celana Dalamnya sendiri,"
"Iya, trus Bapak bilang apa?"
"Tapi kan ada menantu kita juga di rumah ini, Mak," jawab bapak sambil memakaikan minyak angin ke tubuhnya. “Walaupun mereka lahir bukan dari dalam rahimku sendiri, tapi mereka sudah kuanggap seperti anak kandungku sendiri," Noormah tetap pada pendiriannya.
"Iya, trus Bapak jawab apa,"
"Bapak gak menjawab lagi, sebab Bapak tau, Noormah itu kalau katanya A, mau dipaksa sekalipun dia gak bakalan mau merubah menjadi B,"
"Watak bu Noormah, keras ya Pak?"
"Iya,"
"Selama 40 hari itu bu Noormah pernah keluar rumah dalam keadaan bugil?"
"Nggak, Noormah paling bugil di dalam rumah saja, itupun setiap dia selesai di mandikan pada jam 9 pagi,"
"Sehari sekali mandi nya ya?"
"Iya, biasanya selesai mandi dia akan minta uang Rp.20.000, sama Bapak untuk pergi ke Warung, dan itu setiap hari begitu selama 40 hari dan baru nanti sebelum adzan Zuhur Noormah pulang ke rumah untuk sholat zuhur di rumah,"
"Oh gitu. Jadi kalau Bapak nggak di rumah, siapa yang memandikan Ibuk?"
"Noormah gak pernah mau di mandikan oleh orang lain, selain sama Bapak,"
"Oo gitu?"
"Bapak cuma memandikan Noormah, biasanya sebelum jam 9 pagi, Ira selalu merebuskan air buat mandi Ibu nya, setelah dia tuangkan air ke dalam Ember besar dan di campur dengan air dingin, Ira baru meminta Bapak untuk memandikan Noormah,"
"Ira itu anak perempuan Bapak?"
"Menantu. Pernikan Bapak dengan Noormah tidak dikaruniai anak perempuan,"
"Oh gitu, sebelum menikah dengan bu Noormah, Bapak pernah menikah sebelumnya?"
"Iya, kami menikah sudah sama-sama memegang status Duda sama Janda,"
"Sama-sama sudah memiliki anak dari Suami/Istri pertama?"
"Dari suami pertamanya, Noormah mempunyai satu orang anak, laki-laki,"
"Anak Bapak dari istri pertama ada?"
"Nggak ada, Bapak nggak sempat punya anak dari istri pertama. Pernikahan Bapak dengan Tata cuma bertahan satu tahun,"
"Iya, Tata itu nama istri pertama Bapak?”
“Iya,”
“Trus setelah pisah dengan bu Tata, Bapak ketemu bu Noormah?"
"Nggak langsung ketemu, panjang ceritanya."
"Gimana?"
"Kalau di ceritakan, bisa Tujuh hari tujuh malam kita bercerita di tempat ini,”
“Hehehe, baiklah. Trus?”
“Bapak sama Noormah itu sebenarnya satu kampung, di Sumatera Utara,"
"Bapak sama bu Noormah memiliki Marga?"
"Nggak, orangtua Bapak aslinya campuran Jawa-Banjar dan orangtua Noormah itu campuran Melayu-Dayak, tapi kami sama-sama kelahiran Binjai, Sumatera Utara."
"Dulu pekerjaaan Bapak adalah Sopir Mobil Kontainer, sehari-hari pekerjaan bapak mengantar barang keluar provinsi, kadang dari Kandis, Riau sampai Medan, Sumatera Utara kadang dari Duri sampai ke Lampung sana. Kantor kami di Pekanbaru tapi kadang barang-barang yang mau di jemput dan di antarkan itu berada di luar kota, pokoknya kemana di perintahkan sama Bos lah. Dulu bapak memang lebih lama tinggal di Mobil dari pada tinggal di rumah.”
"Iya, trus ketemu sama bu Noormah dimana?"
"Di Kampung."
"Oo, bapak pulang kampung, ke Binjai sana?"
"Iya, setelah berpisah dengan Tata, bapak pulang ke kampung sebentar dan pas di Kampung itu Bapak ketemu Noormah, waktu itu dia masih gadis, kami sempat pacaran sebentar, terus Bapak kembali lagi ke tempat kerja."
"Iya, setelah itu baru nikah ya?"
"Nggak, 5 tahun lamanya Bapak gak ketemu Noormah,"
"Gak pernah komunikasi atau Telepon?"
"Jaman Bapak dulu belum ada telepon, kalaupun ada, yang punya itu bukan orang-orang sembarangan kayak kita-kita ini,"
"Oh iya ya, trus ketemunya lagi di Kampung?"
"Iya, pas orangtua bapak meninggal dunia,"
"Trus,”
"Waktu itu Bapak ke rumah Noormah, dan melihat dia sedang menggendong anak kecil, pas tak tanya, anak siapa? dia jawab, anakku,"
"Bapak. kaget?"
"Iya,"
"Abang kutunggu gak datang-datang, lima tahun itu bukan waktu yang sebentar untuk menunggu, kata Noormah sambil menangis, dia pikir Bapak sudah menikah, makanya dia menikah sama orang kampung,"
“Trus aku? Tanyaku lagi sambil melihat ke arah Noormah yang lagi netein anaknya,”
“Sekarang ada suamiku, tapi nanti jika suatu saat Abang kangen sama aku, pulanglah,”
"Sekarang suamimu dimana?” Tanyaku sama Noormah, “Ada di dalam,” jawab Noormah sambil menunjuk ke arah rumahnya.”
"Iya,"
"Waktu itu Noormah berdiri di samping Mobil Kontainer yang Bapak parkirkan di pinggir jalan depan rumahnya, kami ngobrol di pinggir jalan, Bapak gak turun dari Mobil."
"Iya, Bapak mencintai Noormah?”
"Iya,"
"Trus setelah itu Bapak pergi meninggalkan Noormah?"
"Iya, dan tiga bulan setelah itu aku hampir gila,"
"Kenapa?"
"Noormah selalu menghantui,"
"Menghantui gimana? Kok bisa?"
"Tiga bulan setelah Bapak menemui Noormah di pinggir jalan depan rumahnya, ada sekitar satu minggu lamanya wajah Noormah selalu muncul di depan kaca Mobil yang tengah Bapak bawa."
"Muncul gimana?"
"Muncul! Wajahnya itu muncul di kaca mobil, tersenyum."
"Halusinasi?"
"Bukan, orang sampe tak elap kaca mobilnya itu pake kain basah, tapi gak ilang muncul lagi,"
"Masak sih?"
"Tuhan lah yang tau dan akan menghukum Bapak, kalau bapak bohong sama kamu,"
"Oke, trus?"
"Karena gak bisa konsentrasi bawa Mobil, akhirnya Bapak memutuskan untuk pulang ke Kampung,"
"Menjumpai Noormah?”
"Iya, dan begitu Bapak sampai di Kampung, ternyata orang sudah banyak berkumpul di rumah Noormah,”
“Kenapa? Noormah meninggal?”
“Bukan, mereka semua udah mempersiapkan acara pernikahan Bapak sama Noormah,”
"Waduuh, Bapak menikah tanpa persiapan ya?"
"Iya, orang begitu turun dari Mobil, sama keluarga Noormah Bapak di suruh mandi, bersih-bersih badan dan sehabis Magrib, kami ijab kobul di depan penghulu yang sudah di undang keluarga Noormah ke rumah mereka.”
"Nikah sama Noormah? Trus suami nya?"
Bersambung
Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani1919.Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
"Iya, Noormah sudah cerai tiga bulan sebelum Bapak Nikahi, artinya tak lama setelah kami mengobrol di pinggir jalan depan rumahnya itu Noormah langsung meminta cerai sama suami pertamanya,”
"Dan suami Noormah mau menceraikannya?"
"Iya, mana berani mantan suaminya itu sama Noormah,”
“Maksudnya?”
“Noormah itu orang berilmu tinggi,”
“Pendidikannya tinggi?”
“Bukan, Noormah itu bukan perempuan biasa,”
“Oh iya ya, pantesan bisa manggil Bapak melalui pantulan wajahnya di kaca Mobil itu ya?”
“Iya dan banyak hal aneh yang Bapak temui setelah benar-benar tinggal serumah sama Noormah,”
“Maksudnya?”
“Setelah menikahi Noormah itu 'punya' Bapak nggak bisa bangun dengan perempuan lain,”
“huwahahahaa…”
“Ini betul. Bapak gak bohong.”
"Iya, oke. Trus?"
"Waktu itu, siap ijab kobul di depan penghulu dan makan bersama sambil baca doa selamat, bapak pamit, mau kembali bekerja, karna ada banyak muatan barang-barang yang nilainya ratusan juta di dalam Mobil yang bapak bawa,"
"Cantik, kulitnya kuning langsat, matanya agak sipit, pokoknya cantiklah. Badannya tinggi semampai, rambutnya sebahu, ada lesung pipit di kedua pipinya, tingginya sekitar 163."
"Waah! Kok bisa bapak gak selera merayakan malam pertama bersama bu Noormah?"
"Bukannya Bapak nggak selera, malam itu bapak masih kayak orang linglung, seminggu di hantui wajah Noormah sampe engak bisa tidur dan kejadian dari sore sampai proses ijab kobul itu masih kayak orang yang tengah bermimpi, Mana ada orang turun dari Mobil di suruh mandi dan siap-siap Ijab Kobul tanpa di ketehui sebelumnya, di tambah barang-barang di dalam Mobil itu sore besoknya udah harus sampai ke tempat tujuan."
“Iya, trus?”
"Akhirnya malam itu setelah melakukan malam pertama dengan Noormah di atas Mobil, bapak langsung pamit berangkat kerja,"
"Malam pertama Bapak dan bu Noormah di dalam Mobil yang Bapak bawa keluar kota?"
"Iya, sebab saat itu rumah masih penuh sama para tetangga dan saudara-saudara Noormah, setelah selesai acara,"
“Iya, terus gimana lanjutannya?”
“Setelah malam itu, setahun bapak gak pulang ke kampung,”
“Trus bu Noormah ikut Bapak?”
“Nggak,”
“Lah! Trus?”
“Noormah menitipkan anak nya dari suami pertamanya itu ke adik Bapak, kami sama-sama bawak Mobil lintas antar Provinsi,”
“Di adopsi?”
“Bukan, pesannya kalau ketemu Bapak, disuruh kasihkan anaknya itu ke Bapak?”
“Iya, trus?”
“Ya terpaksalah Bapak pulang ke kampung, nemuin Noormah sambil mengantar Dodi,”
“Dodi itu nama anak bu Noormah dari suami pertamanya?”
“Iya,”
“Trus?”
“Pagi hari Bapak sama Dodi sampai di rumah Noormah,”
“Dodi gak nangis selama di dalam Mobil?”
“Nggak, usianya saat itu sekitar 3 tahun,”
“Waah, berani juga ya ibu nya nitip-nitipin anak sekecil itu ke adik Bapak, iya kalau ketemu sama Bapak, kalau nggak?”
“Noormah bukan perempuan sembarangan,”
“Iya sih, trus sampai rumah Bapak di amuk gak, karena setahun setelah malam pertama itu gak pulang-pulang?”
“Nggak, Noormah cuma ngomong, “Makanlah Bang, Noormah sudah masak Ikan Salai sama daun ubi kesukaan Abang,”
“Iya, trus bapak makan?”
Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani1919.Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
“Iya dan minta Noormah buatkan kopi susu, tapi susu gak ada, Bapak kasih Rp.20.000, buat beli susu,”
“Iya, jadi selama setahun menikah itu bu Noormah nggak pernah Bapak kirimin uang?”
“Enggak,”
“Trus buat makan dan kehidupannya sehari-hari sama Dodi gimana?”
“Noormah itu punya rumah Kost-kost-an di Kampung,”
“Oh gitu? Trus setelah itu Bapak tinggal sama bu Noormah di Kampung?”
“Nggak, setelah itu Bapak tiga tahun gak pulang-pulang lagi ke Kampung,”
“Waduuh! Dan bu Noormah minta cerai sama Bapak?”
“Nggak, waktu itu dia nyusul Bapak ke Kandis,”
“Iya dan tinggal di Kandis sama Bapak?”
“Nggak, waktu itu Bapak masih terus membawa Mobil lintas antar Provinsi, tapi setelah menikah sama Noormah itu Bapak gak pernah lagi singgah di Warung remang-remang kayak waktu sebelum nikah sama Noormah,”
“Kenapa? Bapak merasa bersalah sama Noormah?”
“Bukan, udah beberapa kali Bapak coba sama perempuan-perempuan di Warung Remang-remang itu, tapi punya Bapak gak bisa bangun, tapi kalau sama Noormah bisa,”
“Hahahaha… pantas saja bu Noormah tenang-tenang aja Bapak gak pulang-pulang ke rumahnya. Terus?”
“Lima tahun setelah menikahi Noormah itu baru Bapak tinggal serumah sama Noormah,”
“Di Kampung?”
“Nggak, kami tinggal di Kandis, Bapak dulu lama tinggal disana, Bapak berhenti membawa Mobil angkutan barang dan kerja apa saja yang penting bisa menghidupi keluarga, anak Bapak banyak, ada 7 orang, 6 laki-laki 1 perempuan, tapi yang perempuan itu meninggal pas usia satu tahun,”
“Iya,”
“Ira itu anak angkat Bapak dan Noormah, tapi ternyata jodohnya gak jauh-jauh, dia menikah sama anak Bapak yang paling bungsu.”
“Oh yang suka merebuskan air buat mandi itu ya?”
“Iya, dulu awalnya Bapak sama Noormah gak setuju mereka menikah, sebab Ira itu sudah seperti anak kandung sendiri, tapi mereka udah terlanjur saling cinta, akhirnya sebagai orang tua Bapak gak bisa berbuat apa-apa lagi,”
“Ira, Bapak asuh dari kecil?”
“Nggak, usia nya udah 17 tahun pas ikut kami,”
“Oo gitu? Orang tuanya gak ada?”
“Ada, pernah kami masukan ke dalam Koran dan Ibu kandungnya datang ke rumah, tapi Ira gak mau ikut dengan Ibu kandungnya dan malah memilih untuk tetap ikut bersama kami, akhirnya kami ada 9 orang di rumah itu, dua perempuan selebihnya laki-laki, Noormah itu sayang betul sama Ira, tidurnya aja kadang masih di kamar kami, padahal dia kami buatkan kamar tidur sendiri dan abang-abangnya itu semua sayang sama dia.”
“Iya, gimana ceritanya kok Ira bisa ikut dengan keluarga Bapak di Kandis?”
“Siang itu cuaca di Pasar Kandis lumayan cukup panas, Bapak kan dari dulu suka duduk di Warung Kopi, bapak dulu dapat imbalan untuk jasa keamanan di pasar itu. Dan waktu itu Bapak melihat ada seorang gadis tanggung yang baru di turunkan oleh Mobil dan sepertinya tengah kebingungan. Karena kasihan, Bapak datangi dan tanya tujuannya mau kemana, dan dia bilang mau mencari Ibu nya. Bapak tanya Ibu nya tinggal di daerah mana tapi dia gak tau alamat Ibunya, jadi bapak telepon Noormah, ini ada anak gadis yang sedang mencari Ibu kandungnya, kalau mau merawat nanti tak bawak pulang, Noormah setuju, akhirnya gadis tanggung itu Bapak bawak pulang.”
“Oh gitu, trus?”
“Sama Noormah, anak gadis itu di ganti namanya, awalnya nama dia Feni tapi sama Noormah di ganti Ira,”
“Ira mau?”
“Mau?”
“Trus?”
“Bapak tetap usaha bantu cari ibu kandung Ira, dan kurang lebih 3 bulan Ira tinggal di Rumah, datang Ibu kandungnya, parasnya lumayan cantik, beda jauh dengan Ira, dan waktu itu Ira gak mau ikut sama Ibu kandungnya yang di Kandis ini sudah menikah lagi, selama ini Ira tinggal di kampung sama Neneknya, dia di tinggal Ibu kandungnya saat usia nya masih berumur 3 tahun.”
“Iya,”
“Ternyata, malah di antara anak-anak Bapak itu malah Ira yang mewarisi ilmu Noormah,”
“Ilmu apa?”
Bersambung
Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani1919. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu hanyalah ilustrasi semata untuk mempermanis cerita dan tidak ada unsur kesengajaan.
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.