Semangat Mengais Rezeki di Usia Senja

 

Pak Bedi sedang meyeduh kopi


Nama lengkapnya Jubaedi, biasa dipanggil pak Bedi, usianya sekitar 60 tahun. Seorang bapak dari 9 anak, istrinya sudah lebih dulu menghadap sang Pencipta  disaat usia anak yang bungsu 7 bulan. Pak Bedi bertahan menghidupi putra putrinya seorang diri, beliau tidak menikah lagi meski istrinya tiada hampir 30 tahun yang lalu. 

Sebelum berjualan kopi keliling, pak Bedi berjualan sayuran, karena menantunya tidak ada pekerjaan, maka gerobak sayur ia serahkan kepada sang menantu. Kemudian pak Bedi mencoba menjadi penarik becak. Tapi karena sepi, ia beralih menjadi pedagang kopi keliling. 

Bermacam-macam merk kopi ada di gerobaknya, saya lihat ada 6 roti di gerobaknya, terlihat banyak tempat yang kosong di gerobak, lebih tepatnya becak yang dimodifikasi menjadi gerobak. Harga kopi pergelas plastik dijual rata-rata Rp. 3000 dan roti Rp. 2000.  Penghasilan yang paling besar perhari Rp. 60.000 tapi sering dapat Rp. 15.000. Pak Bedi bisa mendapat penghasilan Rp. 60.000 itu bila ia mengayuh gerobak becanya sampai jauh dari tempat tinggalnya. Istilahnya dari ujung ke ujung Kota Cirebon ia tempuh demi mencari pembeli. 

Saya melihat pak Bedi orangnya ikhlas tanpa beban, selama saya ajak bicara ia sering menjawab sambil tertawa. Meski tidak pernah mengenyam pendidikan pak Bedi bisa membaca nama-nama kopi yang dijualnya.


Pak Bedi sedang menyiapkan pesanan kopi


Di usia 60 tahun lebih, pak Bedi masih kuat mengayuh becaknya yang ia modifikasi menjadi gerobak, keliling Kota Cirebon. Pak Bedi bilang hitung-hitung olahraga, ada benarnya juga pemikirannya. 

Selama wawancara eh ngobrol, awalnya pak Bedi selalu menjawab dengan bahasa Cirebon halus, tapi saya kurang menguasai bahasa Cirebon halus, akhirnya pak Bedi menjawab dengan bahasa Sunda dan terkadang bahasa Indonesia. 

Mungkin teman-teman banyak yang bertanya, kok pak Bedi bisa nyasar ke sekolah? Baiklah akan saya jelaskan. Begini ceritanya.

Setelah saya tau SKB mengadakan Event yang menitikberatkan pada pedagang, khususnya pedagang kopi yang punya penghasilan di bawah  Rp. 150.000. Awalnya saya merasa bingung mencari dimana penjual kopi keliling,  kemudian saya ungkapkan pada guru-guru tentang Event mulia ini. 

Guru-guru pada respon terutama bu Saidah, sangat semangat membantu saya mencari pedagang keliling dan tempat kopi yang diketahuinya. Kebetulan, menantu pak Bedi berjualan sayur lewat rumah bu Saidah dan minta tolong agar  pak Bedi  mampir ke sekolah. Berkat bantuan bu Saidah, akhirnya saya bisa ngobrol dengan pak Jubaedi alias pak Bedi.

Banyak hikmah yang saya ambil selama bicara dengan pak Bedi, rasa ihklas, penuh semangat mencari nafkah demi anak-anaknya yang masih menjadi tanggungannya, tidak mendengar keluhannya, hidup tidak dijadikan beban, mengalir seperti air.  Rezeki tidak akan tertukar itu pesannya, sebelum pamit meninggalkan halaman sekolah. 

Pak Bedi dan dagangannya


Semoga Tuhan memudahkan rezeki pada orang seperti pak Bedi, yang tidak mengenal lelah mengais rezeki meski usia sudah tidak muda lagi. Aamiin. 


ADSN1919


Diskusi