Sahur dan Berbuka Puasa secukupnya saja

 

Foto oleh Nichole Michalau dari Pexels




Tidak terasa  puasa sebentar lagi, tinggal beberapa  jam lagi kita akan melaksanakan sahur. Suasana puasa sudah mulai terasa, jalanan mulai dipenuhi kendaran pribadi maupun umum, Supermarket dan Pasar traditional terlihat penuh. Semua bersemangat menyambut bulan puasa, seperti menyambut tamu agung. Tamu yang hanya datang setahun sekali. 


Supermarket dan Pasar Tradisional penuh dengan pembeli,  karena para emak ingin menyajikan hidangan spesial untuk  sahur dan berbuka puasa. Terkadang kita lapar mata ya, semua bahan makanan dibeli padahal perut kita ada batasnya dan akhirnya makanan banyak yang terbuang.


Puasa atau tidak puasa,  seperti hari-hari biasa perut kita tetap daya tampungnya sama. Kita tidak makan atau menunda makan itu hanya beberapa jam saja, tapi kita seperti takut kelaparan dengan memborong makanan. 


Kita sering lupa dengan orang di sekitar kita yang benar-benar kelaparan, mereka tidak tau harus berbuka puasa dengan apa, mereka terbiasa menahan lapar. Sedang kita? Seperti takut kelaparan. 


Saya menulis  seperti ini karena mengalami sendiri, pada saat saya takut kelaparan, ketika sedang  sahur saya sudah berpikir menu untuk berbuka puasa. Beberapa jam sebelum adzan Magrib,  banyak makanan yang sudah  saya beli, baik itu minuman dingin, es campur, gorengan, kolak dan  makanan berat, saya memasak beberapa menu makanan,  belum lagi setelah tarawih saya ngemil,  kadang  beli bakso, martabak, roti bakar dan kudapan lainnya. Alhasil selama satu bulan badan saya naik beberapa kilo. Ini terulang terus setiap tahunnya. 


Dua tahun ini saya mulai sadar, saya masak secukupnya dan tidak lagi  berburu makanan setelah tarawih. Dulu banyak makanan yang terbuang karena saya tidak kontrol dan tidak bijak dalam membeli makanan, saya merasa malu sendiri ketika saya shalat tarawih di Masjid Agung kebanggaan Kota Cirebon, saya melihat anak perempuan yang masih kecil sedang berjualan kerupuk Palembang, padahal sudah malam anak kecil itu masih mencari sesuap nasi, ketika saya tanya udah makan atau belum, dengan tertawa anak perempuan yang masih kecil itu  menjawab belum, karena ia akan makan setelah  ibunya datang untuk menjemput dan uang hasil jualan ia serahkan pada ibunya. 


Deg, anak kecil kelas tiga SD itu bisa menahan lapar, sedangkan saya? Saat itu sedang merasa  kekenyangan, semua makanan masuk ke dalam perut ini. Saya berpikir kok buka puasa sebagai ajang balas dendam, karena kurang lebih 8 jam saya tidak makan. Saya seperti takut kelaparan dan takut sakit karena berpuasa, sedangkan anak kecil itu, ia tetap berpuasa meski harus berjualan, perut kecilnya hanya diganjal kolak pisang gratis yang dibagikan di Masjid Agung tempat saya tarawih. 


Sudah pukul 21.10 anak kecil itu belum makan, sedang saya sudah ada rencana membeli martabak special coklat keju. Lewat  anak kecil itu saya mendapat teguran halus. Terimakasih ya Rabb. 




ADSN1919

Diskusi