Kisah Putri Dhaini
![]() |
Foto oleh Alessandro Santos dari Pexels |
Alkisah di suatu negara antah berantah yang subur makmur. Dipimpin oleh Raja yang sangat bijaksana bernama Raja Wirajaya dan istrinya bernama Ratu Dewani. Mereka memiliki enam orang putri yaitu Putri Retani, Putri Titania, Putri Rania, Putri Sifiani, Putri Fitfati dan yang bungsu Putri Dhaini.
Putri-putri Raja Wirajaya, terkenal akan kecantikan dan kepintarannya, tapi tidak dengan si bungsu, yaitu Putri Dhaini, selain kurang pintar, tubuhnya juga paling gemuk, jauh dari kriteria seorang Putri Raja. Diantara yang lain, Putri Dhaini Paling jarang berolahraga, apalagi bila disuruh berkuda dan memanah.
Raja dan Ratu tidak mau tau, mereka sering memaksanya untuk ikut bergabung bersama saudarinya, tapi Putri Dhaini tidak mau.
Dia pernah ikut bergabung dengan kakak-kakaknya, tapi ketika berkuda dia sangat ketakutan dan terjatuh hingga kakinya terkilir dan bengkak. Saat itu Putri Dhaini diolok-olok oleh kakak-kakaknya.
Sekali waktu Putri Dhaini dengan terpaksa pernah juga ikut olahraga memanah, karena dilakukan dengan terpaksa, Putri Dhaini tidak bisa fokus, akhirnya anak panah itu salah sasaran hingga menancap di pantat kuda yang dinaiki Putri Rania. Kuda berwarna coklat tua itu kaget dan lepas kendali, akhirnya Putri Rania terjatuh dan tangannya terkilir. Ketika pulang ke Istana, Putri Dhaini dihukum tidak boleh keluar kamar selama sehari penuh.
Bukannya sedih, Putri Dhaini merasa senang seharian dalam kamar. Dia menulis semua yang dirasakannya sampai buku itu penuh terisi goresan tangan Putri Dhaini.
Sebenarnya Putri Dhaini punya keahlian yang berbeda dengan kakak-kakaknya, akan tetapi Raja dan Ratu tidak mau ada perbedaan di antara mereka dan menginginkan semua memiliki keahlian yang sama, yaitu berkuda dan memanah.
Mereka tidak pernah menghargai semua goresan tangan Putri Dhaini, kakak-kakaknya sering mengoloknya karena Putri Dhaini berbeda dengan mereka.
Putri Dhaini sering menyendiri karena dia merasa tidak nyaman saat berkumpul dengan keluarganya, pembicaraan mereka tidak jauh dari masalah berkuda dan panahan. Raja dan Ratu sering memuji mereka, tapi tidak pernah memuji Putri Dhaini. Dia sering dibandingkan dengan yang lain. Akhirnya Putri Dhaini memilih memisahkan diri, dia sering berkumpul dengan para dayang, menulis dan membacakan syairnya di depan mereka. Berkumpul dengan para dayang bisa membuat Putri Dhaini tertawa lepas tanpa ada kekangan, bahkan Putri Dhaini sering makan bersama para dayang.
Setiap pagi Putri Dhaini sering pergi ke Danau Biru. Sebuah Danau alami yang dasarnya berwarna biru sehingga air danau terlihat biru yang terletak di belakang Istana. Terkadang Putri Dhaini pergi ke Danau bersama dayang, tapi seringkali menyendiri disana. Di Danau Biru Putri Dhaini merasa tenang dan nyaman menyatu dengan alam.
Ditempat sunyi itu, puluhan syair indah tercipta. Putri Dhaini sering membacakan syair di tepi Danau, penuh penghayatan dia membacanya.
Sampai suatu hari lewatlah seorang pangeran bersama para prajurit. Pangeran itu bernama Pangeran Arkana, seorang putra mahkota dari Negeri Seberang.
Pangeran Arkana menghentikan kudanya, ketika Ia mendengar suara merdu seorang perempuan sedang membaca syair dengan sepenuh jiwa, sampai pangeran itu menitikkan air matanya, terbuai dengan syair indah yang dibawakan perempuan yang tidak dikenalinya itu.
Pangeran Arkana tidak tau suara indah itu milik siapa, tapi saat mendengar suara itu Ia mulai merasakan benih cinta, dan bertekad mencari perempuan itu. Pangeran Arkana sangat kecewa, ketika sampai ke tepi Danau Biru Ia tidak menemukan siapa-siapa, hanya selembar kertas yang penuh goresan indah yang Ia temukan, kertas itu Ia simpan dalam kantong bajunya dan meninggalkan tempat itu.
Dari balik pohon beringin, Putri Dhaini keluar dari tempat persembunyiannya. Dia terpana melihat ketampanan Pangeran Arkana. Putri Dhaini mawas diri tak mungkin seorang pangeran rupawan akan menyukainya, karena dia berbadan gemuk jauh dari kata ideal. Putri Dhaini mencari kertasnya yang hilang, tapi tak ketemu, dia berpikir mungkin terbawa angin atau jatuh ke Danau Biru. Dengan perasaan sedih Putri Dhaini pulang ke Istana.
Putri Dhaini sangat kaget melihat Istana sangat ramai, kakak-kakaknya terlihat cantik dengan memakai gaun indah, duduk dengan begitu anggunnya.
"Eh tunggu! bukankah itu pangeran yang tadi ada di Danau Biru?" Putri Dhaini membatin sambil melihat lelaki gagah dan tampan, dengan sorot mata tajam dan berambut ikal yang dilihatnya.
Raja dan Ratu kaget melihat Putri Dhaini, memakai gaun yang kotor, terlihat bekas tanah di gaun belakangnya. Ratu melotot ke arah Putri Dhaini begitupun kakak-kakaknya, mereka memandang sinis padanya.
Setelah berkumpul semua, terdengar suara utusan Raja Negeri Seberang yang mengumumkan, bahwa Raja Negeri Seberang mengutus Putra Mahkotanya yang bernama Pangeran Arkana, untuk memilih dan meminang salah satu putri Raja Wirajaya dan Ratu Dewani, kecantikan dan kepintaran putri-putri mereka, sudah terkenal di Negeri Seberang.
Setelah utusan Raja Negeri Seberang selesai membacakan pengumumannya, Raja Wirajaya menyuruh semua Putrinya maju ke depan dan berdiri dihadapan pangeran Arkana, kecuali Putri Dhaini.
Putri Dhaini sangat sedih, ketika Ratu Dewani menyuruhnya untuk masuk ke kamarnya. Sang Ratu berpikir, tak mungkin Pangeran Arkana memilih Putri Dhaini.
Pangeran Arkana mengeluarkan selembar kertas dan meminta Putri Retani untuk membaca tulisan yang ada di kertas itu, terus bergantian sampai semua Putri membacakannya.
Pangeran merasa kecewa Putri yang dicarinya tidak ada. Ia menghitung, "kenapa Putri Raja Wirajaya ada lima? Bukankah ayahnya mengatakan ada enam, kemana Putri yang satu lagi?"
Kemudian Pangeran Arkana menanyakan pada Raja Wirajaya mengenai Putri yang satu lagi, karena Ia ingin mendengar semua Putri membaca syair itu.
Karena didesak Raja, akhirnya dengan berat hati akhirnya Ratu Dewani menyuruh Putri Dhaini keluar dari kamarnya.
Putri Dhaini keluar kamar dengan harap-harap cemas, dia berjalan dengan pelan, semua mata memandang padanya, begitupun dengan Pangeran Arkana, Ia melihat meski Putri Dhaini gemuk, ada kecantikan terpancar di wajahnya yang selalu tersenyum tulus. Rambut Putri Dhaini yang panjang bergelombang menambah daya tariknya dimata sang Pangeran. Dengan lembut Pangeran meminta Putri Dhaini membaca syair yang tertulis di kertas itu. Putri Dhaini sangat kaget, kertas yang dicarinya ada di tangan sang Pangeran.
Putri Dhaini membaca syair itu dengan sangat indah, Pangeran Arkana menatap Putri Dhaini tanpa berkedip, begitu takjum dan terhanyut mendengar suara Putri Dhaini. Semua yang hadir dalam Istana meneteskan air matanya, sangat menyentuh dan penuh perasaan.
Selesai membaca syair itu, Putri Dhaini langsung berlari menuju kamarnya, dia merasa tak mungkin seorang pangeran akan memilihnya.
Ketika sampai pintu kamar, dia merasa ada tangan memegang jemarinya dengan lembut, ketika dia membalikkan badan terlihat Pangeran Arkana sedang memandangnya penuh harap.
Pangeran Arkana berlutut didepannya dan meminta Putri Dhaini untuk menikah dengannya.
***
Catatan:
1 Cinta tidak memandang fisik
2. Kecantikan dari dalam lebih utama
3. Saling menghargai perbedaan
4. Menghargai kemampuan orang lain
5. Jangan pernah memandang rendah orang lain
6. Hindari sifat sombong
7. Gali kemampuan yang ada pada diri kita
8. Jangan pernah membandingkan satu sama lain
ADSN1919
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.