Pada
suatu hari yang cerah, di bawah langit yang membiru dan terlihat indah,
disalah satu Warung Kopi yang terletak di Pengkolan dan terkenal paling
ramai dari Warung Kopi lainnya. Tanpa mengucapkan salam, siang itu
Jabrik langsung masuk ke dalam Warung Kopi yang terlihat sepi.
Di
dalam Warung Kopi, saat ini hanya ada barisan Meja dan Kursi yang
tertata rapi serta seorang Perempuan muda bertubuh indah yang sedap di
pandang mata. Hemm, sepertinya Perempuan muda ini adalah Pelayan di
Warung Kopi ini. Pikir Jabrik sambil senyum-senyum sendiri saat membalas
tatapan Perempuan cantik berparas ayu ini.
Jabrik terus berjalan
memasuki Warung Kopi, menuju ke salah satu Meja yang menurutnya adalah
tempat yang paling strategis di dalam Warung Kopi ini, untuk melihat
keindahan makhluk ciptaan Tuhan yang sepertinya pernah Ia temui di suatu
tempat, tapi bukan di Masa kini.
Sambil tersenyum kepada
Perempuan cantik yang sepertinya masih berusia 30 tahun ini, Jabrik
menarik kursi, lalu mendudukinya sambil mengingat-ingat dimana rasa nya
Ia pernah bertemu dengan perempuan ini.
"Mau pesan apa, Mas?"
tanya Perempuan muda yang memiliki penampilan rambut model polwan dengan
potongan bob yang memberi kesan rapi, sopan, sekaligus bersahaja tapi
memiliki senyuman begitu menawan ini.
Perempuan muda
tampak ramah itu menyapa Jabrik sambil menyodorkan daftar Menu Makanan
dan Minuman yang tersedia di Warung Kopi ini.
"Pesan Kopi Sanger, ada?" tanya Jabrik sambil tersenyum ke arah Perempuan muda yang terlihat begitu menggoda itu.
Kopi
Sanger pada awalnya berasal dari kata Sanggeng, yang dalam bahasa Aceh
berarti bodoh. Disebut bodoh karena kopi pesanan ini tidak jelas
bentuknya, bukan kopi dan bukan pula kopi susu.
Istilah
Sanggeng bergeser menjadi sanger dan menjadi populer di kalangan
mahasiswa pada era tahun 90-an. Di mana sanger diartikan menjadi
“sama–sama ngerti” dengan maksud kopi susu yang di-pesan tidak terlalu
banyak susunya atau pun kopinya, sehingga harganya juga lebih miring
dari kopi susu asli.
Sanger
merupakan campuran kopi hitam, susu kental manis dan gula. Secara
fisik, sanger memang mirip kopi susu atau coffee latte. Tak semua para
pembuat minuman kopi bisa membuat sanger. Karena untuk membuat sanger
takaran kopi, susu kental dan gula harus pas. Setelah kopi diseduh
dengan saringan dari kain yang bentuknya kerucut, lalu ditambah dengan
susu kental plus sedikit gula dan dikocok sampai berbuih. Meski sudah
bercampur dengan susu, aroma kopi tetap mendominasi. Itulah yang
menyebabkan sanger bukan kopi susu biasa.
Setelah
mencatat menu yang dipesan oleh Jabrik. Perempuan muda bertubuh ideal
dan semampai yang memiliki tinggi badan sekitar 165 cm lebih itu
berjalan meninggalkan Jabrik, yang sedari pertama kali melihatnya itu
kedua mata Jabrik sepertinya begitu enggan beralih dari dada yang begitu
membusung dan terlihat begitu menggoda, milik Perempuan muda yang saat
ini tengah mengenakan kemeja lengan panjang motif kotak-kotak berwarna
biru tua, dipadu dengan setelan Blue Jeans ketat itu.
Tak
perlu menunggu lama, Perempuan muda yang memiliki rambut indah sebahu
itu kembali menghampirinya sambil membawakan Secangkir Kopi pesanannya
tadi.
"Dari mana, Mas?" tanya Perempuan muda yang memiliki
senyuman begitu menawan di mata Jabrik itu sambil meletakan Secangkir
Kopi Sanger di atas Meja.
"Mau tau aja, apa mau tau buanget?"
balas Jabrik menggoda Perempuan cantik di depannya itu sambil menghirup
uap Kopi Susu di atas Meja.
Perempuan muda yang
memiliki penampilan rambut model polwan memiliki senyuman begitu menawan
ini cuma tersenyum sendiri saat melihat kelakuan Jabrik yang menghirup
aroma kopi di depannya. Tingkah Lelakimuda
yang memakai jaket bomber warna hitam untuk menutup kaos polos warna
abu-abu di dalamnya, dipadu dengan celana Jeans yang juga berwarna hitam
serta mengenakan sepatu sneakers putih sebagai alas kakinya itu
terlihat menyempurnakan tampilan Lelaki berambut sedikit ikal tapi
memiliki nama panggilan “Jabrik” ini.
"Hemm, cerita donk..," kata Perempuan cantik bertubuh indah itu tersenyum ramah kepada pelanggan barunya.
Mendapat
senyuman ramah dan sedikit manja dari Perempuan cantik di depannya,
Jabrik seperti Ayam jantan melihat Ayam betina yang siap untuk di
“buahi” nya.
"Mau diceritain apa? Cerita tentang Si
Tince, janda bahenol mantan istri mendiang Ujeng yang suka mengenakan
pakaian serba hitam setelah kematian mendiang suaminya itu apa cerita
tentang Si Mamat, Ustad yang dulu terkenal di Desa nya karena sebagian
isi ceramahnya itu sangat menyentuh perasaan kaum Hawa tapi yang
sekarang malah di tinggal pergi oleh para jemaahnya yang sebagian besar
adalah kaum Hawa karena ternyata Ustad panutan mereka selama ini tidak
bisa menjadi contoh Imam yang baik buat mereka. Si Mamat ketahuan
belangnya, setelah gossip yang dulu sempat menerpanya itu, akhirnya
terbongkar ke kalangan jemaahnya saat mantan istrinya itu unggah di akun
Media sosialnya sebab kenapa Ia menggugat cerai mantan suaminya. Dalam
unggahan akun facebook milik mantan istri Si Mamad para jemaahnya bisa
melihat ternyata mantan istrinya itu menggugat cerai Usdad idola mereka
karena istri Si Mamad tidak terima melihat kelakuan mantan suaminya itu
yang berselingkuh dengan salah satu Jemaah pengajiannya sendiri,"
"Itu
sih cuma gosip recehan Abad ini, ceritain yang lain donk, Mas. Cerita
yang lebih berbobot dan tidak murahan serta tidak menyinggung perasaan
kaum Hawa seperti dua cerita tadi," kata Perempuan muda itu sambil
tersenyum kepada lawan bicaranya.
"Cerita tentang Si Belah mau?"
tanya Jabrik sambil menelan air ludahnya sendiri saat melihat dada
Perempuan muda yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru tua yang
terlihat begitu membusung di depannya.
"Si Belah itu nama orang?" tanya Perempuan berambut sebahu ini yang secara reflek langsung memeriksa kancing-kancingbaju di dadanya. Perempuan itu merasa jengah dengan tatapan lelaki di depannya itu.
Perempuan
cantik yang memiliki model rambut ala polwan untuk memberikan kesan
rapi, sopan, sekaligus bersahaja, kepada para pelanggan yang mengunjungi
Warung Kopi nya ini kuatir Jabrik melihat belahan dadanya dari balik
kancing-kancing bajunya yang mungkin tanpa sengaja ada yangterbuka dengan sendirinya, karena tidak sanggup menyembunyikan payudara miliknya yang memiliki ukuran 36 B.
"Bukan,
lebih tepatnya sebutan. Ngomong-ngomong nama Mbak Siapa?" tanya Jabrik
sambil mengulurkan telapak tangan kanannya, mengajak Perempuan muda yang
memiliki payudara indah yang tengah duduk di depannya itu bersalaman.
"Oo, kayak nama Ikan, hihihi.. namaku Nengsih tapi biasa dipanggil Oneng, Mas."
"Oo, Aku Jabrik," jawab Jabrik, sambil menjabat erat tangan Oneng.
"Nama orang kok Jabrik? Kaya nama Ayamjago
tetanggaku di kampung Hihihi..." kata Oneng sambil tertawa saat melihat
rambut Lelaki di depannya ini sedikit ikal bergelombang tapi memiliki
nama panggilan “Jabrik”, sangat tidak sesuai tampilan dengan nama
panggilannya. Biasanya laki-laki di panggil "Jabrik" itu kalau rambutnya
agak gondrong dan acak-acakan, kaya"Si Jabrik" ayam jago di kampungnya itu, yang bulu-bulunya tidak seperti ayam jago pada umumnya.
Dan
seperti dugaan Oneng sebelumnya, ternyata apa yang Ia pikirkan tentang
Lelaki muda di depannya ini menjadi nyata. Ketika Oneng hendak menarik
tangannya dari genggaman tangan Lelaki di depannya ini, Ia merasa
sedikit kesulitan untuk melepaskan genggaman tangan orang yang baru saja
dikenalnya ini. Jabrik sepertinya enggan untuk melepaskan genggamannya
di jemari Perempuan muda ini. Semakin ditarik tangannya untuk lepas dari
genggamannya, Jabrik semakin kencang memegang tangannya.
"Ada
banyak versi tentang kisah Si Belah ini di berbagai belahan dunia
lainnya," kata Jabrik, sambil membolak-balik jemari tangan Oneng yang
terlihat putih mulus dan terasa begitu halus di telapak tangannya.
Oneng
berusaha menarik-narik telapak tanganya, tapi Jabrik tetap cuek dan
seperti pura-pura tidak mengetahui lawan bicaranya yang sedari tadi
terus berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya.
"Iya, anu...," kata Si Oneng sambil terus berusaha melepaskan genggaman tangan Jabrik ke telapak tangannya.
"Si
Belah terus berjalan, mencari Tuhan, dengan satu tujuan, untuk meminta
keadilan kepada Tuhan." kata Jabrik kembali meneruskan ceritanya sambil
tersenyum manis ke arah Oneng yang terlihat semakin salah tingkah dengan
kelakuannya.
Jabrik pura-pura tidak mengetahui reaksilawan bicaranya yang sedari tadi masih terus berusaha melepaskan geggaman tangannya.
"Kenapa
Si Belah mencari Tuhan dan hendak meminta keadilan? Apa karena Si belah
merasa telah diperlakukan tidak sopan oleh orang yang baru dikenalnya?
Atau merasa Si Belah merasa telah diperlakukan tidak adil oleh Satpol PP
yang telah menangkapnya karena Ia tidak mengindahkan anjuran pemerintah
untuk tetap "MENJAGA JARAK" di masa New Normal? Ehemm, JAGA JARAK MAS,
JAGA JARAK!" kata Oneng dengan sedikit menekankan nada sambil terus
berusaha menarik tangannya. Berharap ada pengertian dari lawan bicaranya
ini agar segera mau melepaskan jabatan tangannya.
"Bukan, Si
Belah mencari Tuhan karena Ia merasa Tuhan tidak adil kepadanya. Sebab
Si Belah ini merasa Tuhan menciptakannya tidak sesempurna makluk ciptaan
Tuhan lainnya. Si Belah hanya memiliki satu tangan serta satu kaki
saja, tidak lengkap seperti manusia pada umumnya. Mungkin ketika Tuhan
belum sempat menyelesaikan penciptaannya, Si Belah ini udah keburu
"Mbrojol" ke dunia," kata Jabrik sambil cengengesan di depan Perempuan
muda di depannya yang sepertinya sudah mulai putus asa dengan usahanya
untuk melepaskan jemarinya yang masih terus di genggam erat oleh lawan
bicaranya.
"Tubuhnya hanya sebelah?" tanya Oneng lagi sambil terusberusaha melepaskan genggaman Jabrik di jemarinya.
"Iya." kata Jabrik sambil melepaskan genggaman tangannya di jemari Perempuan muda di depannya..
"Terima kasih!" kata Oneng saat melihat Jabrik sudah melepaskan genggaman tangannya.
"Eh
buat apa ngucapin terima kasih? Kan aku belum ada rencana untuk pergi
dan juga belum membayar minumannya," tanya Jabrik sambil melihat ke arah
Kopi di dalam Cangkir yang baru sedikit diminumnya.
"Terus gimana cara Si Belah berjalan ya?" tanya Oneng sambil mengambil sehelai tissue di atas Meja dan segera mengelap telapak tangannya.
"Entahlah, aku juga sulit untuk membayangkan bagaimana Si Belah ini bisa berjalan," kata Jabrik sambil memperhatikan tissue di tangan Oneng.
"Iya," jawab Oneng, masih meremas-remas tissue di tangannya.
"Seperti kata orang-orang tua jaman dulu, semakin jauh berjalan, maka akan semakin banyak yang bisa dilihat. Begitupun dengan Si Belah ini. Ia telah banyak melihat dan tingkah laku Anak-anak manusia dari semua Suku, Ras dan Agama selama berjalan mengelilingi dunia ketika hendak mencari Tuhan," kata Jabrik sambil meneguk air ludahnya sendiri saat melihat Oneng meminum air putih dengan kedua mata sedikit terpejam di depannya.
"Ehmmm, Iya." jawab Oneng menyudahi tegukan terakhirnya, lalu mengambil tissue dan mengelapkan ke bibirnya.
"Selama berjalan mencari Tuhan, Si Belah banyak sekali mendapatkan pengetahuan baru, terutama tentang bagaimana Tuhan di mata Anak-anak manusia lainnya, tentunya dari sudut pandang mereka," Jabrik berkata sambil kembali melihat ke arah bibir tebal milik Oneng yang terlihat sedikit basah, merah dan merekah selesai meminum Segelas air putih hingga kandas tak bersisa.
"Iya" jawab Oneng lagi sambil memainkan tissue bekas mengelap bibirnya itu dengan kedua tangannya. Mungkin Ia merasa risih dengan tatapan mata lawan bicaranya yang sedari tadi terus memperhatikan bibir dan juga dadanya.
"Dari tadi kok cuma menjawab Iya, iya saja sih? Gak menarik ceritanya ya?" tanya Jabrik penuh selidik pada Perempuan muda yang memiliki lekuk tubuh bak Gitar Spanyol di depannya.
"Menarik kok, alot malahan! Kayak tangan kita yang tadi sempat tarik menarik pas sedang berjabatan tangan," jawab Oneng sedikit mangkel saat mengingat perjuangannya tadi melepaskan genggaman Lelaki konyol di depannya ini.
"Di dunia ada berapa agama?" tanya Jabrik. Kali ini wajahnya terlihat begitu serius.
"Setau Oneng di dunia ini lima agama besar, antara lain ada Agama Kristen, Islam, Yahudi, Hindu, dan Buddha. Tapi mungkin masih ada beberapa agama lainnya yang Oneng enggak tau," kata Oneng mengangkat bahunya sendiri sambil berusaha menahan tawanya sendiri saat melihat wajah Lelaki konyol di depannya ini. Bahkan ketika sedang serius bertanya pun masih terlihat begitu lucu dimatanya.
Entah kenapa Ia tidak bisa marah kepada laki-laki kurang ajar ini, batin Oneng sambil berusaha menahan senyumnya, agar lelaki konyol ini tidak semakin kurang ajar kepadanya. Apalagi di dalam Warung Kopi ini saat ini hanya ada mereka berdua di tempat ini.
"Biasanya masing-masing Agama yang ada di dunia ini mempunyai beberapa aliran dan masing-masing aliran ini memiliki tata cara yang berbeda di dalam cara menyembah Tuhan yang mereka yakini," kata Jabrik masih menunjukan mimik muka serius.
"Terus, setelah banyak sekali bertemu dengan para pemeluk Agama-agama yang ada di dunia ini, Si Belah belum puaaasss?" tanya Oneng dengan ucapan yang sengaja dibuat sedikit mendesah ketika mengucapkan kata-kata "belum puas" barusan dengan maksud untuk mengerjain Lelaki konyol di depannya ini yang tiba-tiba saja jadi sok jaim di depannya.
"Beluum, walaupun Si Belah tau semua tentang agama yang ada di dunia," jawab Jabrik sambil kembali melihat ke arah bibir Oneng yang terlihat begitu basah, merah dan merekah setelah mendengar suara Oneng yang sedikit mendesah tadi.
"Iya" jawab Oneng sambil kembali membasahkan bibirnya dan menggigit-gigit bibirnya sendiri dengan maksud untuk lebih menggoda Lelaki konyol yang sempat jaim tadi.
"Dan Si Belah sudah berniat, bahwa Ia baru akan berhenti mencari Tuhan jika nanti sudah bertemu dan langsung bertanya kepada Tuhan," kata Jabrik lagi sambil terus memperhatikan bibir Oneng yang terlihat semakin begitu seksi.
"Bertanya kepada Tuhan?" tanya Oneng sambil menggaruk-garuk kepalanya sendiri. "Ini seperti kisah Nabi Musa yang pergi mencari Tuhan ya?" tanya Oneng lagi, kali ini sikapnya biasa saja, tidak bermaksud menggoda Lelaki di depannya ini seperti tadi.
Hemmm, sebenarnya wajahnya sih lumayan tampan, tapi sikap konyolnya itu yang enggak nahan. Hihihi..Oneng membatin sambil menyembunyikan tawanya di dalam hati.
"Hampir mirip, tapi beda," kata Jabrik, lalu tiba-tiba saja Ia menggapai jemari tangan Oneng yang sedang memainkan tissue di atas Meja.
"Iya," jawab Oneng sambil menarik tangannya yang hendak di sentuh oleh Jabrik di atas Meja.
"Setelah berkeliling dunia dan berjumpa dengan para pemeluk agama yang di masing-masing agamanya memanggil dan menyebut nama Tuhan yang berbeda antara satu dengan lainnya, akhirnya Si Belah mengambil kesimpulan sendiri, bahwa sesungguhnya Tuhan itu satu, tapi memiliki banyak nama di dunia," kata Jabrik lagi yang barusan gagal menyentuh tangan Oneng di atas Meja tapi berhasil mengambil tissue bekas Oneng yang tadi sempat dipakai untuk mengelap bibirnya.
"Iih,"
Oneng melolot ke arah Jabrik saat melihat tissue yang tadi Ia pakai untuk mengelap bibirnya itu saat ini telah berpindah ke tangan tangan Jabrik dan lebih konyolnya lagi Lelaki kurang ajar di depannya itu saat ini tengah menciumi tissue yang ada bekas bibirnya.
"Kenapa Si Belah mempunyai pemikiran begitu?" tanya Oneng lagi sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri seraya membatin "yang waras ngalah aja deh!" saat melihat Lelaki konyol di depannya itu mengelap bibirnya dengan tissue bekas yang tadi ada bekas bibirnya.
Setelah tadi sempat menciumi tissue yang ada bekas bibir Oneng, selanjutnya Jabrik mengelap bibirnya itu dengan tissue yang tadi Ia ambil secara paksa dari tangan Oneng. Dan selanjutnya tissue bekas milik Oneng itu dia pilin-pilin lalu dimasukannya ke dalam lubang hidungnya yang di sebelah kanan sambil kembali melanjutkan ceritanya.
"Sebab, menurut Si Belah, ternyata dari semua pemeluk agama yang Ia jumpai itu tidak ada yang mengetahui persis Tuhan mereka itu seperti apa dan ada dimana saat ini berada," kata Jabrik lagi lalu mencabut pilinan tissue dari lubang hidungnya dan kembali memberikannya kepada Oneng yang terlihat begitu jengkel melihat tingkah lakunya.
"Oh gitu," jawab Oneng saat menerima tissue bekas dari tangan Jabrik. "Ya Allah Ya Tuhanku, berilah hambamu ini kesabaran lebih di dalam menghadapi makhluk ciptaanmu yang satu ini, kok bisa-bisanya Warung Kopi hambamu ini dikunjungi oleh makhluk yang menyebalkan itu" batin Oneng sambil melototkan kedua matanya ke arah Jabrik sebelum membuang tissue bekasnya yang telah dipakai olehnya, kembali di pakai oleh Lelaki kurang ajar yang saat ini tengah cengar-cengir di depannya.
"Iya, kan menurut mereka, untuk bisa bertemu dengan Tuhan itu harus terlebih dahulu meninggalkan dunia, sedangkan mereka semua masih pada hidup di dunia," jawab Jabrik sambil tertawa lebar saat melihat wajah Perempuan muda yang tadi terdengar mendesah di telingannya itu saat ini telah berubah, dari bersemu merah menjadi merah padam karena merasa dongkol dengan sikap Jabrik barusan.
"Hihihi.., iya ya, terus Si Belah mengurungkan niatnya untuk pergi mencari Tuhan?" jawab Oneng yang sengaja tertawa cekikikan untuk menyembunyikan kejengkelannya pada Lelaki kurang ajar di depannya itu.
"Tidak, Si Belah ini tipikal orang nekat dan masa bodo, jadi semua aturan yang ada di dunia ini, terutama tentang tata cara menyebut dan menyembah Tuhan dia tabrak semua." jawab Jabrik datar, seperti orang yang tidak merasa bersalah dengan apa yang telah diperbuatnya.
Jabrik berdiri dari tempat duduknya, menggeser kursinyaa lalu beranjak pergi, meninggalkan Oneng seorang diri.
"Waduhh! Eh, mau kemana Mas?" tanya Oneng saat melihat Jabrik pergi meninggalkannya begitu saja dan saat ini telah celingak-celinguk di luar Warung Kopi nya.
"Toilet dimana?" tanya Jabrik sambil kembali ke dalam Warung Kopi.
"Haduh, Mas ini bikin kaget Oneng aja, kirain mau pergi dan lupa membayar Kopi nya, hihihi.. Nyari toilet kok kesitu. Di dalam situ Mas," jawab Oneng sambil menunjuk ke arah dalam bagian Warung Kopinya yang ada tulisan "TOILET BELOK KIRI".
Sekian lama, Jabrik akhirnya muncul dan hendak kembali duduk di kursi yang tadi dia duduki sambil tersenyum ke arah Oneng yang masih setia menantinya di depan Meja dan Kursinya yang tadi.
"Mas, pintunya belum di kancing," kata Oneng sedikit jengah saat melihat resleting celana Jabrik masih belum tertutup dengan sempurna di depannya.
"Masak sih?" jawab Jabrik yang hendak duduk di kursi dan kembali berdiri serta hendak kembali ke Tolilet yang tadi.
"Bukan pintu yang itu Mas, tapi pintu yang ini." jawab Oneng sedikit malu-malu sambil melirik ke arah celana panjang milik Jabrik yang bagian depannya masih terbuka lebar.
"Oo yang ini," kata Jabrik sambil mengancingkan resleting celana panjangnya pas di depan Oneng yang tersipu malu melihatnya.
"Awas loh, nanti kalau terbang susah nangkapnya, hihihii..," jawab Oneng sambil tertawa dan menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Gak bakalan terbang, udah jinak kok! Kalau Mbak gak percaya, tangkap aja." Jabrik tertawa lebar sambil menggoda Oneng yang masih duduk di depannya.
"Asem,"batin Oneng sambil memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Artinya Si Belah enggak mau percaya bulat-bulat dengan apa-apa yang sudah di jelaskan oleh masing-masing para pemeluk agama yang Ia jumpai selama di perjalanannya mencari Tuhan, Ia tidak takut dikatakan kafir apalagi di cap murtad oleh para penganut agama yang ia tinggalkan di dalam kemarahannya karena melihat tingkah laku Si Belah yang dimata mereka begitu keras kepala,"
Jabrik kembali melanjutkan ceritanya yang tadi sempat tertunda setelah kembali duduk sambil berusaha meraih tissue di atas Meja yang kebetulan letaknya lebih dekat dari tempat duduk Oneng di depannya.
Oneng dengan sigap mengambilkan tissue dan segera memberikannya kepada Jabrik. Jabrik menerima tissue pemberian Oneng lalu mengelap kedua tangannya yang terlihat basah itu setelah kembali dari Toilet tadi. Setelah selesai mengelapkan kedua tangannya dengan tissue pemberian Oneng, Jabrik kemudian memberikan tissue bekasnya itu kepada Oneng kembali.
"Si Belah benar-benar mencari cara agar bisa bertemu dengan Tuhan di dunia, mencari ilmu sampai ke akar-akarnya. Seperti ilmu filsafat ya?" tanya Oneng sambil menerima tissue bekas pemberian Jabrik
Oneng berusaha untuk tetap waras dengan tetap berprasangka baik; bahwa tissue bekas di tangannya itu bukan tissue bekas mengelap tangan Lelaki lelaki kurang ajar itu setelah tadi tangannya itu sempat dipergunakan untuk memegang-megang "anunya" sehabis buang air kecil di Toilet tadi.
"Lama-lama Si Belah jadi terlihat aneh di mata orang-orang yang dijumpainya," kata Jabrik sambil tersenyum-senyum saat melihat ke arah tissue bekas miliknya yang masih di genggam oleh Perempuan muda di depanmya.
"Pastinya." Jawab Oneng.
"Iih!" kata Oneng sambil membuang tissue bekas di tangannya saat sadar masih menggenggam Tissue bekas milik Lelaki konyol di depannya sedari tadi.
"Si Belah dianggap seperti orang yang tidak mengerti ilmu Agama," kata Jabrik lagi sambil kembali menatap ke arah bagian dada Oneng.
"Iya," jawab Oneng, sedikit risih sambil kembali memastikan bahwa kancing-kancing bajunya kemeja yang Ia kenakan itu tidak ada yang terbuka.
"Walau Si Belah telah tau bagaimana cara menyebut dan menyembah Tuhan dari semua Agama yang ada di dunia, tapi Ia tidak mau mengikuti cara-cara mereka," kata Jabrik sambil tersenyum dan kali ini menatap kedua mata Perempuan muda bertubuh sintal di depannya.
Oneng kaget dan langsung membuang mukanya saat beradu pandang dengan kedua mata Lelaki konyol di depannya. Sebab saat tanpa sengaja menatap kedua bola mata Lelaki di depannya itu dia seperti tengah melihat dirinya.
"Terus gimana?" tanya Oneng, sambil berusaha menahan debar jantungnya.
"Hehehe...Si Belah cuma tertawa sewaktu para pemeluk agama itu menyebutnya seperti orang gila,"
Jabrik terkekeh sambil membasahkan kedua bibirnya saat melihat Oneng yang tadi sempat melihat kedua bola matanya itu, saat ini tengah tertunduk malu dengan rona merah di kedua pipinya.
"Terus apa tanggapan Si Belah, sewaktu di bilang seperti orang gila, oleh para penganut agama yang Ia temui ditengah perjalanannya?" tanya Oneng lagi sambil menggigit-gigit ujung bibirnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa saat ini dia baik-baik saja.
"Si Belah mengucapkan terima kasih kepada mereka semua," jawab Jabrik kalem, sambil tersenyum manis ke arah Oneng.
"Loh kok?" Oneng heran dengan jawaban Si Belah.
"Si Belah lebih suka dibilang seperti orang gila. Dari pada dibilang seperti orang waras. Hehehe." Jabrik tertawa terpingkal-pingkal sampai terguncang-guncang bahunya.
"Hemm, iya juga ya? Kalau seperti berarti bukan ya? Trus?" tanya Oneng yang merasa mulai cocok dengan teman bicaranya ini.
"Si Belah terus berjalan," kata Jabrik lagi sambil kembali melihat bibir Oneng.
"Kemana?" kejar Oneng yang sepertinya semakin penasaran dengan cerita Si Belah ini.
Oneng sudah tidak perduli lagi dengan tatapan liar dan terkadang sedikit kurang ajar Lelaki konyol di depannya ini. Anggap saja yang tengah duduk di depannya ini adalah Setan yang tengah diutus Tuhan untuk menguji keimanannya, pikir Oneng sambil senyum-senyum sendiri, melihat tingkah laku Pemuda kurang ajar dan kurang bermoral di depannya ini.
"Belok ke tikungan, lalu masuk ke tempat hiburan malam," jawab Jabrik sambil tersenyum nakal dan sedikit menggoda Oneng yang tengah tersipu malu sambil melihat ke arahnya.
"Hah! Kenapa? Si Belah penasaran?" tanya Oneng kaget.
Oneng membayangkan betapa tragisnya perjalanan hidup Si Belah yang hendak pergi mencari Tuhan, ternyata pada akhirnya harus terjerumus ke dalam "Lembah Hitam"bersama para "Wanita Malam".
"Cuma ngobrol dan bersenda gurau dengan para Pekerja Seks Komersil (PSK) yang sedang menanti para pengunjung menghampiri mereka," jawab Jabrik sambil kembali membasahi bibirnya sendiri dan senyum-senyum menggoda ke arah Oneng.
"Teruus?" tanya Oneng perlahan dan sedikit berdebar seraya menahan nafasnya sendiri.
Oneng berpikir pasti sebentar lagi laki-laki kurang ajar di depannya ini, akan menceritakan per-adegan petualangan Si Belah bersama para wanita penghibur dengan bermaksud membuatnya terangsang.
"Si Belah sudah berkeliling dunia, dia sudah tau bahkan apa-apa yang oleh orang awam masih menjadi rahasia," jawab Jabrik, kali ini mimik wajahnya kembali serius, tanpa senyum saat menatap ke arah Oneng.
"Iya," jawab Oneng pelan.
"Si Belah telah melihat semuanya, baik dan buruknya kehidupan yang ada di dunia. Si Belah melihat dunia ini dari sudut yang berbeda," kata Jabrik lagi sambil kembali tersenyum seperti semula.
"Terus?" Oneng yang penasaran dengan mimik wajah Jabrik yang bisa berubah-ubah disaat tengah menceritakan perjalanan Si Belah mencari Tuhan.
"Para PSK itu terlena, bahkan sampai lupa menjajakan "barang dagangannya" karena ke-asyikan mendengarkan cerita Si Belah, tentang perjalanan hidupnya berkeliling dunia mencari Tuhan."
Jabrik berkata sambil meletakkan tangannya di atas Meja.
"Gimana?" tanya Oneng sambil melihat ke arah tangan Jabrik di atas Meja.
Di atas Meja, tangan Jabrik sengaja Ia rapatkan sedemikian rupa. Seperti tengah menutup sesuatu dengan jemari tangannya. Oneng paham bahwa laki-laki kurang ajar ini tengah menggambarkan "gundukan" milik Perempuan dengan jemari tangannya.
"Salah seorang PSK itu nyeletuk; mencari Tuhan kok kemari, tempat yang dianggap hina oleh sebagian kalangan manusia," Jabrik kembali berbicara sambil menggerak-gerakan tangannya saat menirukan ucapan para PSK yang tengah berbicara dengan Si Belah di depan mereka.
"Iya, logikanya, masak mencari Tuhan di tempat maksiat seperti itu," kata Oneng sedikit protes sambil terus melihat ke arah jemari tangan Jabrik yang masih menelungkup di atas Meja.
"Aku sudah pergi dan mendatangi semua rumah ibadah yang ada di seluruh dunia, tempat dimana manusia datang untuk menyembah Tuhannya, tapi Aku tidak ada melihat Tuhan ada bersama mereka." Jabrik menirukan ucapan Si Belah sambil menarik tangannya yang sedari tadi menelungkup di atas Meja lalu meraih cangkir di depannya dan meneguk kopi di dalamnya.
"Terus?" tanya Oneng sambil melirik ke arah bibir Jabrik yang masih ada sisa air kopi di sudut bibirnya.
"Makanya aku kemari," kata Jabrik menirukan jawaban Si Belah saat di tanya oleh para PSK yang mengerumuninya sambil tertawa cekikikan mendengar jawabannya.
"Loh kok?" tanya Oneng penasaran sambil memberikan Tissue baru kepada Jabrik untuk mengelap bibirnya.
"Kata orang di tempat ini ada "Surga Dunia" makanya Aku kemari," kata Jabrik menirukan ucapan Si Belah sambil tertawa lebar dan membasahi bibirnya sendiri sambil mempermainkan ujung lidahnya.
"Hemm, Mas juga suka pergi mencari "Surga Dunia" ya?" selidik Oneng.
Entah kenapa tiba-tiba saja Oneng merasa tidak rela saat membayangkan Lelaki konyol di depannya ini, tengah berada di dalam pelukan Wanita penghibur, seperti di dalam cerita Si Belah itu.
"Nggak! Tapi kalau "Surga Dunia"nya itu ada di Warung Kopi ini dan Mbak yang membukakan pintu Surga Dunia nya sih aku mau, hahaha.."
Jabrik tertawa kurang ajar sampai terpingkal-pingkal melihat perubahan wajah Perempuan muda bertubuh sintal di depannya ini.
"Idih! Emang Oneng Perempuan apaan?" kata Oneng ketus sambil membuang muka, berusaha menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah bak kepiting rebus. Lalu kembali bertanya, "Terus apa kata para PSK disitu?"
Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani1919. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga Tayang di Secangkir Kopi Bersama.
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.