Demi masa dan takdir anak manusia, untukmu yang ditakdirkan untuk menemaniku baik di gelap dan terangku, di bangun dan tidurku, di sedih dan bahagiaku dan di "ada" dan 'tiada"ku, kuingin abadi bersamamu.
Demi masa dan usia, untukmu yang selalu hadir di dalam mimpi-mimpi dan juga harapanku. Bersamamu aku ingin melangkah dan menua bersama.
Demi masa dan kalimat - kalimat yang bernyawa. Aku adalah engkau dan engkau adalah aku. Kalimat itu bukan kalimat biasa, karena itu adalah untaian doa yang melahirkan sumpah, bahwa hanya maut yang mampu memisahkan kita.
Demi angin dan rintik hujan yang selalu menjadi inspirasi bagi para pujangga, tak lagi ada kata dan diksi yang mampu kurangkaikan untuk ungkapkan rasa cinta, karena bagiku engkau adalah cinta yang tak mengenal paras dan rupa. Kau adalah cinta yang akan selalu ada walau kelak dunia ini tak lagi ada.
Demi bulan dan bintang yang menjadi saksi, ketika anak manusia mengikrarkan sumpah dan janji untuk setia atas nama cinta, pada bulan dan bintang kutitipkan salam pada Sang Pemilik cinta.
Demi deburan ombak di lautan, tak ada lagi perumpaan kata yang mampu kupakai untuk menggambarkan betapa engkau sangat berharga.
Demi masa dan kesaksian, jika di awal penciptaan dunia, Adam meminta Tuhan ciptakan Hawa untuk menjadi pendamping hidupnya, maka di akhir zaman aku meminta kepada-Nya agar menjadikanmu sebagai pendampingku, sampai ajal menjemput.
Demi masa dan segalanya, kan kukatakan pada dunia dan seisinya bahwa tiada syair ataupun puisi yang pantas kupersembahkan kepadamu selain untain demi untaian kata yang berisi doa. Aku hanya meminta matikan rasa cinta ini untuk yang lain, hidupkan rasa cinta ini hanya untuk engkau seorang.
Untuk segala sesuatu ada masa nya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
Semua berawal dari Kota ini. Jauh sebelum wabah itu menggemparkan dunia seperti saat ini, dahulu Aku sudah pernah memberikan peringatan kepada sesama, akan bahaya dari formula yang sengaja di ciptakan untuk tujuan bisnis semata.
Saat itu setelah mengirimkan beberapa pesan singkat kepada beberapa orang yang kucintai. Tanpa dukungan dari “Kelompok Pengusaha Putih”. Aku dan beberapa rekanku yang pada awalnya terlibat dalam “Proyek Kemanusiaan Satu Dunia” sempat menjalani masa-masa sulit.
Aku dan beberapa rekan-rekanku di tangkap dengan tuduhan telah membocorkan rahasia Negara. Saat itu Aku dan beberapa orang rekan-rekanku yang tidak mau berhianat pada proyek Kemanusiaan milik “Kelompok Pengusaha Putih” harus menjalani hukuman. Hukuman yang menurut kami sebenarnya sama sekali tidak pantas kami terima.
Saat itu, Aku dan beberapa orang rekanku di tangkap oleh aparat keamanan Negara atas perintah dari “Kelompok Pengusaha Hitam”. Karena kami membocorkan rencana jahat mereka yang tengah menguji coba Virus Satu Dunia yang belum sempurna ini, di Kota yang kelak menjadi nama dari Virus Satu Dunia yang belum sempurna ini.
Sesaat setelah Virus itu berhasil di ujicoba, akhirnya “Virus Satu Dunia“ yang belum sempurna itu mereka beri nama “Kota Mati” sesuai dengan keadaan kota itu setelah selesai di lakukannya uji coba Virus ini.
Ujicoba mereka di Kota pertama menunjukan hasil yang begitu memuaskan. Sehingga mereka berhasil meyakinkan para pengusaha alat-alat kesehatan di dunia bahwa Virus baru ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan kedepannya. Sesaat setelah Virus KM1 berhasil di ujicobakan. Pasar Saham di Pasar Gelap dunia saat itu cukup menggairahkan. Terbukti dengan banyaknya para pemain Saham di Pasar Gelap Dunia yang mentransferkan dana-nya. Sebab ini adalah Bisnis Kesehatan yang paling berhasil di Abad ini.
Saat ini kelompok Pengusaha Hitam berhasil menjalankan bisnis di dunia. Virus KM1 terbukti telah berhasil membuat Kota-kota besar yang ada di dunia lumpuh total dan menjadi Kota Mati seperti nama Virus ini.
Media Cetak dan Media Online banyak yang sudah berhasil mereka kuasai. Dengan menjadi corong mereka untuk menciptakan ketakutan baru di dunia. Saat ini tidak ada yang paling ditakuti di dunia selain Virus KM1. Rumah-rumah ibadah, Pusat-pusat Bisnis dan Pusat-pusat Kebugaran yang selama ini menjadi ajang bersosialisasi antar manusia mulai sepi. Ketakutan dan kecurigaan kepada sesama semakin tinggi dengan prinsip, setiap orang yang di jumpai adalah penyebar dari Virus KM1.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Virus KM1 adalah wabah penyakit yang belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Sehingga satu-satunya cara menangkal dan menghindari Virus KM1 adalah dengan cara mentaati peraturan yang telah dikeluarkan oleh Kelompok Pengusaha Hitam dengan Tatanan Dunia Baru yang sedang gencar mereka sosialisasikan.
Apakah engkau pernah berpikir bahwa semua ketakutan global sengaja mereka ciptakan dengan tujuan utamanya adalah menciptakan ketakutan dimana-mana?
Dan berapa banyak alat-alat kesehatan yang laku keras setelah Virus KM1 ini berhasil menguasai Kota? Berapa banyak Negara miskin dan Negara yang baru berkembang saat ini terpaksa harus meminjam dana ke Negara-negara kaya demi untuk menghidupkan kembali Kota-kota yang terlanjur mati setelah dimasuki oleh Virus KM1 ini?
Apakah menurutmu obat untuk menangkal Virus KM1 belum tercipta di Dunia? Bukankah tadi di awal cerita Aku sudah mengisahkan bahwa Virus KM1 ini awal mula adalah Virus SD1 yang belum sempurna? Virus yang oleh Kelompok Pengusaha Putih di dunia di rancang untuk mengobati semua penyakit yang ada di dunia.
Apakah menurutmu semua ini bukanlah permainan bisnis alat-alat kesehatan semata? Boleh saja engkau tidak percaya omongan yang keluar dari dalam mulut bekas pesakitan ini. Orang yang di Pidana karena di anggap telah membocorkan rencana jahat Kelompok Pengusaha Hitam yang memiliki jaringan di seluruh Dunia.
Untukmu wahai Putriku. Jika setelah pesan ini sampai kepadamu dan engkau tidak pernah lagi bisa menemukan keberadaanku. Yakinlah selalu bahwa Aku selalu berada di dekatmu dan akan selalu berusaha mengirimkan pesan-pesan khusus demi kebaikanmu.
Bahan untuk membuat anti Virus dari Virus yang oleh World Health Organization (WHO) itu dinyatakan belum ditemukan obatnya itu sebenarnya ada di sekelilingmu. Apakah engkau ingin tau kenapa mereka belum mau memberikannya kepadamu dan Orang-orang di sekelilingmu?
Selesai
Catatan: Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
“Para
Pekerja Seks Komersil (PSK) di tempat itu tertawa semua, tapi ada satu
PSK yang tadi sempat menangis saat mendengarkan cerita Si Belah itu
diam, lalu bertanya,” kata Jabrik setelah tawanya reda.
“Bertanya apa?” tanya Oneng sambil kembali melihat ke arah Lelaki kurang ajar yang sedari tadi masih terus berusaha menggodanya.
“Jika
nanti engkau bertemu dengan Tuhan, tolong tanyakan, Aku akan dimasukan
ke dalam Surga apa Neraka?” Jabrik menirukan ucapan PSK yang bertanya
kepada Si Belah.
“Iya,
terus apa jawaban Si Belah?” cecar Oneng karena penasaran dengan
jawaban Si Belah kepada Wanita Penghibur yang bertanya kelak Ia akan
dimasukan kemana.
“Baiklah.” Jabrik menirukan ucapan Si Belah kepada PSK yang bertanya kepadanya.
“Cuma
begitu doank jawaban Si Belah? Trus,” tanya Oneng sambil melihat ke
arah Jabrik yang tiba-tiba saja mengeluarkan sebungkus Rokok dari dalam kantung bajunya.
Oneng
tidak sabar dengan lanjutan cerita tentang Si Belah. Oneng
menggelengkan kepalanya, saat Jabrik menawarinya sebatang Rokok sambil
berkata, “Oneng nggak merokok,”
Jabrik
memasukan sebatang Rokok ke dalam mulutnya, membakarnya, lalu menghisap
dalam-dalam dan menghembuskan asapnya secara perlahan-lahan.
“Dan
Si Belah pun berlalu, meninggalkan para PSK di tikungan yang terihat
begitu remang-remang di sudut malam,” Jabrik meneruskan cerita Si Belah
sambil tersenyum ke arah Oneng.
“Iya, terus?” tanya Oneng sambil mengibas-ibaskan tangannya, berusaha menjauhkan asap Rokok yang mendekat ke arahnya.
“Setelah
jauh berjalan, maka sampailah Si Belah ini di pinggiran kali, bertemu
dengan seorang Perempuan tua yang tengah Sembahyang di atas batu kali,”
kata Jabrik lagi sambil kembali menghisap Rokok di tangannya
dalam-dalam.
“Nenek-nenek?” tanya Oneng, ingin memperjelas jawaban Jabrik barusan.
“Iya,” kata Jabrik sambil menyeruput Kopi Sanger.
“Hihihi.. Tadi Oneng pikir laki-laki,” kata Oneng sambil menutup mulutnya sendiri.
“Bukan! Kalau Laki-laki nanti disangka Sunan Kalijaga.” kata Jabrik kalem.
“Hihihi..Iya
ya..,” kata Oneng lagi tertawa cekikikan sambil berusaha menutupi
mulutnya ketika sedang tertawa. Menyembunyikan barisan gigi putihnya
yang terlihat begitu bersih dan rapi dengan jari-jari tangannya.
“Hai Belah, mau kemana?” Jabrik menirukan ucapan Perempuan tua yang tengah duduk di atas batu kali.
“Kata siapa?”tanya Oneng pada Jabrik.
“Kata Si Nenek di atas batu kali,” jawab Jabrik, menjelaskan ucapannya tadi.
“Oo,” kata Oneng sambil mengangguk-nganggukan kepalanya.
“Aku hendak mencari Tuhan, Nek,” Jabrik kembali menirukan ucapan Si Belah.
“Terus apa kata Si Nenek di atas batu kali?” cecar Oneng penasaran dengan jawaban Wanita tua di atas batu kali.
“Si Nenek melihat Si Belah berulang kali, lalu tertawa ‘terpingkal-pingkal’mendengarkan
perkataan Si Belah yang cuma memiliki tubuh sebelah dan terlihat begitu
kotor sekali dimatanya. Si Belah ini ketika berjalan seperti orang yang
tengah merangkak,” jawab Jabrik sambil melihat ke arah Oneng.
“Iya,” kata Oneng sambil berusaha membayangkan bagaimana kondisi Si Belah.
“Nenek
di atas batu kali itu bangkit dari tempat duduknya, turun dari atas
batu, menunjuk ke arah batu kali yang terlihat cekung di depannya lalu
berkata kepada Si Belah di sampingnya; saat aku pertama kali sembahyang
di atas batu ini, dulu batu ini cembung, tapi lihat batu ini sekarang,
saat ini permukaan batu kali yang awalnya itu cembung, saat ini sudah
menjadi cekung akibat terlalu lama aku beribadah di atas batu ini,”
Jabrik
berusaha menggambarkan dan menirukan ucapan Nenek di atas batu kali
kepada Si Belah saat terjadinya percakapan antara Si Nenek dan Si Belah.
“Iya”
jawab Oneng yang sepertinya mampu menangkap apa yang tengah di
gambarkan Jabrik saat terjadinya percakapan antara Si Belah dan Nenek di
pinggir kali.
“Si
Belah kaget, batu sungai yang awalnya cembung itu bisa berubah menjadi
cekung dan itu akibat terlalu lama di pakai oleh Si Nenek untuk
beribadah. Si Belah membayangkan; begitu banyaknya amal ibadah yang
sudah di kerjakan oleh Si Nenek selama ini.” Jabrik berusaha
menggambarkan suasana kebatinan dan pikiran Si Belah saat itu.
“Iya,
kebayang sudah berapa lama Si Nenek beribadah di atas batu kali
itu.Terus?” tanya Oneng lagi sambil memandang ke arah lain.
Oneng
tidak berani menatap kedua mata Lelaki kurang ajar di depannya ini.
Masih jelas di dalam ingatannya, saat tadi tanpa sengaja melihat kedua
bola mata Lelaki misterius de depannya ini, sekilas tadi Ia seperti
tengah melihat bayangan dirinya yang tengah disetubuhi oleh Lelaki
kurang ajar ini, di tempat ini, di atas Meja tempat mereka sedang
berbincang-bincang saat ini.
“Setelah
tawanya sedikit reda. Si Nenek kembali berkata kepada Si Belah; Aku
saja yang sudah beribadah siang malam seperti ini, tidak pernah
sekalipun di temui Tuhan di tempat ini, apalagi kamu yang kayak begini?
Hehehe.. Tapi baiklah, nanti kalau kamu memang benar-benar bertemu
dengan Tuhan, tolong tanyakan aku masuk Surga apa ya?”
Jabrik kembali menggambarkan suasanan saat terjadinya percakapan antara Perempuan tua dan Si Belah di pinggir kali.
“Terus?” tanya Oneng lagi sambil kembali mengambil Tissue dan mempermainkannya dengan kedua tangannya di atas Meja.
“Baik
Nek, jawab Si Belah. Si Belah lalu pamit kepada Wanita tua di pinggir
kali dan kembali melanjutkan perjalannya mencari Tuhan,” Jabrik kembali
berusaha menggambarkan suasana percakapan antara Si Belah dan Si Nenek
di pinggir kali.
“Si Nenek yakin bakalan masuk Surga ya?” tanya Oneng sambil melihat ke arah Jabrik.
“Iya. Kan amal ibadah si Nenek sudah banyak sekali,” jawab Jabrik sambil senyum-senyum sendiri.
“Iya ya, kan sudah ibadah siang malam di atas batu kali,” kata Oneng pelan.
"Si Belah terus berjalan, hingga akhirnya di antara dua alam Ia bertemu dengan Jalaluddin Rumi, seorang penyair sufi yang tengah bersenandung di jalan sunyi," Jabrik kembali meneruskan cerita tentang Si Belah.
"Jalaluddin Rumi? Kayak pernah dengar namanya," Oneng mencoba mengingat nama penyair sufi.
Setelah meneguk Kopi di dalam Cangkir, serta membakar sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya secara perlahan-lahan, Jabrik kemudian membacakan karya Jalaludin Rumi yang berjudul "Dia tidak di tempat lain"
Oneng mendengarkan salah satu puisi milik Jalaludin Rumi yang berjudul Dia tidak di tempat lain sambil terus meremas-remas Tissue di tangannya.
"Saat mendengar dan meresapi kata demi kata yang terucap dari bibir sang Penyair Sufi, Si Belah menangis, hingga akhirnya tertidur pulas. Dan di dalam mimpinya itu Ia melihat bahwa dirinya tengah berjalan seorang diri, memasuki jalanan yang begitu sunyi. Ia merasa hanya seorang diri di dunia ini, akhirnya Ia menangis sesegukan, ia begitu rindu bertemu dengan Tuhan . Saat tengah menangis pilu itulah, tiba-tiba saja Ia mendengar seperti ada suara yang menyapanya." Jabrik menggambarkan kondisi Si Belah saat itu sambil menatap kedua mata Oneng.
"Suara apa?" tanya Oneng melihat tissue di tangannya, Ia tidak berani membalas tatapan mata lawan bicaranya.
"Hai Belah, apa yang engkau cari?" kata Jabrik menirukan suara yang bertanya kepada Si Belah.
"Terus apa jawaban Si Belah?" tanya Oneng.
"Aku hendak mencari Tuhan," Jabrik kali ini berusaha menirukan jawaban Si belah.
"Trus, apa jawaban suara itu?"
"Kenapa engkau hendak mencari Tuhan?" kata Jabrik lagi sambil menirukan suara yang bertanya kepada Si Belah.
"Iya, trus apa jawaban Si Belah?" tanya Oneng lagi.
"Aku hendak meminta keadilan pada Tuhan, kenapa Dia menciptakan aku setengah, sedangkan manusia lainnya Dia ciptakan sempurna, memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki, sedangkan aku, saat ini Aku cuma memiliki satu mata, satu telinga, satu tangan dan satu kaki." Jabrik kembali menirukan jabawan Si Belah.
"Terus apa jawaban suara itu?" tanya Oneng lagi sambil meletakan tissue yang sedari tadi remas--remasnya di atas Meja,
"Hai Belah! Ada lagi yang hendak engkau tanyakan kepadaKu?" Jabrik kembali menirukan ucapan suara yang bertanya kepada Si Belah.
"Iya, trus Si Belah nanya apalagi?" Oneng semakin penasaran dan seperti tidak sabar mendengar lanjutan cerita Si Belah Mencari Tuhan ini saat melihat Jabrik kembali mengambil bungkus Rokok di atas Meja, mengeluarkannya sebatang, memasukan ke dalam mulut lalu membakarnya.
"Si Belah ingat dengan amanat dari Perempuan malam yang Ia jumpai di sudut malam," kata Jabrik lagi sambil menghembuskan asap Rokok dari mulutnya secara perlahan-lahan.
"Iya, terus?" jawab Oneng sambil kembali mengibas-ibaskan tangannya, berusaha mengusir asap Rokok yang hendak mendatanginya.
"Dan Perempuan tua yang tengah beribadah di atas batu di pinggir sungai," Jabrik kembali meneruskan jawab Si Belah kepada Suara karena tadi sempat terpotong oleh ucapan Oneng.
"Iya, pertanyaan dua orang yang berjumpa dengan Si Belah tadi ya?" tanya Oneng lagi ingin memastikan bahwa dua Perempuan yang dimaksud ini adalah Wanita di sudut malam dan Nenek di Pinggir Kali yang tadi di ceritakan oleh Jabrik sebelum pertemuan Si Belah dengan suara.
"Iya." kata Jabrik lagi membenarkan pertanyaan Oneng barusan.
"Aku bertemu dengan seorang Perempuan di tempat hiburan malam dan Ia menitipkan pertanyaan kepadaku jika seandainya aku memang benar-benar bisa bertemu dengan Tuhan, saat itu Ia menanyakan kira-kira Ia bakal di masukan ke dalam Surga atau di masukan ke dalam Neraka? Selanjutnya aku juga bertemu dengan Perempuan tua yang tengah beribadah di pinggir Kali, saat mengetahui aku hendak mencari Tuhan Ia pun menitip pesan kepadaku, jika seandainya aku benar-benar bertemu dengan Tuhan, Ia ingin tau, kelak Ia akan di masukan ke dalam Surga apa?"
Jabrik mencoba mereka ulang percakapan antara Si Belah dengan suara tak berwujud yang di temuinya.
"Katakan pada Perempuan malam yang sering menangis sendirian karena merasa dirinya begitu hina di hadapan Tuhan, sehingga merasa malu untuk meminta imbalan Surga kepada Tuhan untuk amal dan perbuatan baik yang pernah Ia lakukan secara diam-diam. Atas permintaan dari hamba-hambaKu yang pernah Ia tolong ketika mereka sedang kesulitan, mereka memohon kepadaKu agar memberikan ganjaran Surga kepada seorang Wanita yang menolong mereka dan tidak mengharapkan imbalan apa-apa, maka Wanita malam itu akan Aku masukan ke dalam Surga. Maka dari itu jika kelak engkau kembali bertemu dengannya katakan kepadanya bahwa Ia akan dimasukkan kedalam Surga. Sebab Neraka merasa malu untuk menerima kedatangan orang-orang yang selalu berusaha menyembunyikan amal ibadah di mata manusia lainnya.
Dan katakan juga kepada Perempuan tua yang engkau temui tengah Sembahyang di atas batu Kali. Katakan kepadanya, bahwa kelak Ia juga akan Aku masukan ke dalam Surga seperti permintaannya selama ini. Aku mengetahui bahwa selama ini amal ibadah yang Ia kerjakan itu bukan semata-mata karena iklas kepadaKu sebab Ia lebih takut kepada Neraka dari pada Aku dan Ia juga lebih mencintai dan menginginkan Surga dari pada Aku. Tuhan yang telah menciptakannya juga Surga dan Neraka itu.
Siang malam Ia beribadah semata-mata karena hanya untuk mengharapkan imbalan Surga. Maka kelak Ia juga akan Aku masukan ke dalam Surga, tapi itu cuma sebentar saja, selanjutnya Ia akan Aku masukan ke dalam Neraka. Sebab api Neraka itu bahan bakarnya terbuat dari Orang-orang lupa akan diri dan Tuhannya."
Jabrik menirukan ucapan suara tanpa wujud yang tengah berbicara kepada Si Belah sambil terus menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang yang tengah khusuk berzikir.
"Loh kok?" Oneng kaget dan hampir saja terlompat dari atas tempat duduknya, saat mendengarkan jawaban Suara kepada Si Belah.
Menurut logika Oneng, masak orang yang telah melakukan pekerjaan hina karena telah bergelimpang dosa dengan menjadi seorang Pekerja Seks Komesil (PSK) malah Tuhan masukan kedalam Surga, sedangkan orang yang selama ini telah beribadah siang malam, karena mengharapkan Surga malah hendak dimasukan ke dalam Neraka.
Oneng terdiam, hanyut di alam pikirannya sendiri. Sungguh cerita yang aneh dan baru di dengarnya pertama kali di dalam hidupnya. Sesuatu yang sungguh-sungguh di luar logika pikirannya selama ini.
Jabrik tersenyum melihat Oneng seperti orang yang tengah kebingungan setelah mendengar ceritanya. Persis seperti orang linglung.
Sesaat Oneng terdiam, seperti orang yang baru terbangun dari tidurnya dan masih belum mampu berpikir dengan sempurna karena baru saja terjaga dari tidurnya secara tiba-tiba.
"Si Belah terbangun dari tidurnya dan melihat bahwa tubuhnya saat ini telah utuh dan normal seperti manusia normal lainnya," Jabrik kembali melanjutkan ceritanya sambil menatap kedua mata Oneng yang masih menatap kosong ke arah Secangkir Kopi di depannya, sambil menopangkan dagu-nya di atas Meja.
"Trus setelah bertemu Tuhan, selanjutnya keadaan Si Belah seperti apa? Maksudnya, apakah Ia masih di bilang mirip orang seperti orang gila oleh para penganut Agama yang pernah Ia temui di perjalanannya dulu, ketika hendak mencari Tuhan? Ataukah penampilannya telah berubah seperti penampilan orang-orang Sholeh pada umumnya?"
Oneng penasaran dengan kelanjutan carita Si Belah setelah Ia bertemu dengan Tuhan.
"Si Belah tetap menjalani kehidupannya di dunia ini seperti manusia biasa pada umumnya," kata Jabrik sambil menghembuskan asap rokok dari dalam mulutnya.
"Seperti apa?" tanya Oneng.
"Setelah bertemu dengan Tuhan, Si Belah masih terus berjalan, jika dulu sebelum bertemu dengan Tuhan, Ia berjalan karena hendak menemui Tuhan untuk meminta keadilan, maka setelah bertemu dengan Tuhan, saat ini Ia terus berjalan karena mengikuti takdir Tuhan."
Jabrik menatap mata Oneng dalam-dalam sambil tersenyum, tapi kali ini bukan senyum menggoda seperti sebelumnya.
"Maksudnya?" tanya Oneng penasaran dengan kata-kata "Takdir Tuhan" barusan.
"Si Belah yang telah bertemu dengan Tuhan dan telah memiliki tubuh yang sempurna seperti laki-laki pada umumnya itu sadar, bahwa ternyata kehidupan di dunia fana ini tak ubahnya seperti perjalanan."
"Maksudnya? Oneng gak paham,"
"Si Belah sadar bahwa apa yang Ia lihat dan rasakan selama ini, ternyata semua itu hanyalah permainan rasa. Karena semua yang ada di dunia ini, sesungguhnya hanyalah fatamorgana.
Saat kisah nya ini mulai kuceritakan, aku berharap bahwa kisah perjalan hidup Si Belah mencari Tuhan ini bisa menjadi bahan renungan. Terutama bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan pikirannya. Untuk melihat keagungan Tuhan melalui ciptaan Tuhan yang bertebaran di atas muka bumi ini. Bukankah alam yang terkembang ini sesungguhnya adalah bacaan, bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan pikiran untuk mengenali siapa Penciptanya?"
Jabrik melihat Oneng yang terpekur sambil menopangkan dagu ke tangannya di atas Meja.
"Iya," kata Oneng pelan.
"Setelah bertemu dengan Tuhan, Si Belah terus berjalan. Si Belah telah hidup dan berjalan di atas muka bumi ini dan telah melewati beberapa masa. Setelah bertemu Tuhan, Sang Waktu tak lagi mampu menghentikan langkahnya mengitari putaran roda-roda kehidupan anak manusia di dunia.
Di dalam kisah hidupnya. Si Belah diceritakan kembali menemui Wanita tua di pinggir Kali. Tapi saat Ia kembali ke tempat itu, ternyata Wanita tua yang dulu pernah ditemuinya sedang sembahyang di atas Batu Kali, tidak ada.
Tempat (Batu Kali) yang dahulu sering di pakai oleh Wanita tua untuk beribadah itu ternyata telah di jadikan tempat sakral (Batu Keramat) oleh beberapa manusia yang di temui oleh Si Belah sedang melakukan ziarah disana.
Para peziarah yang datang ke tempat Batu Kali bekas Si Wanita tua beribadah itu rata-rata mengharapkan berkah dari Batu Kali yang saat ini telah mereka bungkus dengan kain berwarna kuning itu.
Banyak di antara mereka meyakini bahwa Batu Keramat itu adalah sebagai tempat yang paling makbul untuk memanjatkan doa.
Takdir telah menuliskan sejarah di dunia, setelah Wanita tua itu meninggal dunia, ternyata Batu Kali yang selama ini Ia pakai untuk beribadah kepada Tuhan itu, telah banyak menggelincirkan akidah anak-anak manusia.
Setiap malam tanggal 1 Suro seperti saat ini, biasanya tempat itu akan banyak dikunjungi oleh para peziarah yang datang untuk "ngalap berkah" ke Batu Kali ini.
Para peziarah yang rata--rata meyakini, bahwa Batu Kali itu bukanlah batu biasa, percaya bahwa dengan menyentuh Batu Kali, mereka akan terhindar dari bala dan wabah penyakit lainnya. Selain itu air yang mengalir di dekat Batu Kali ini di percayai mampu menyembuhkan orang sakit, melancarkan rezeki, mudah mendapatkan jodoh hingga kekayaan dengan cara membawa air itu pulang ke rumah mereka."
Ucap Jabrik sambil mengambil cangkir Kopi yang sedari tadi dilihat oleh Oneng di depannya, mendekatkan ke bibirnya, meneguknya secara perlahan lalu kembali menaruhnya di atas Meja.
"Kok bisa?" tanya Oneng penasaran dengan kelanjutan cerita tentang Si Belah.
"Ternyata Si Belah telah di tidurkan oleh Tuhan sekian tahun lamanya di dalam Gua, sehingga ketika Ia kembali ke tempat Si Wanita tua yang dahulu pernah di temuinya, ternyata Wanita tua itu telah meninggal dunia.
Menurut peziarah yang menceritakan kembali sejarah tentang Batu Keramat di pinggir Kali,Wanita ahli ibadah itu telah meninggal dunia seratus tahun yang lalu. Dan hari ini adalah haul seratus tahun kepergian Wanita ahli ibadah itu meninggalkan dunia fana."
Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan APRIANI1919. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga Tayang di Secangkir Kopi Bersama.